Di antara sahabat-sahabat Rasulullah SAW, terdapat beberapa sahabat kecil yang
ketika melafadzkan syahadat mereka berusia sangat muda, atau ketika mereka
dilahirkan, ayah bunda mereka telah muslim. Perhatian Rasulullah SAW kepada
para sahabat cilik ini, tidak berbeda dengan sahabat-sahabat yang lainnya.
Bahkan beliau sangat memperhatikan mereka dan meluangkan waktu untuk bermain,
bicara dan menasehati mereka.
Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas) adalah salah satu kelompok sahabat junior ini.
Beliau dilahirkan tiga tahun sebelum hijrah. Semenjak kecilnya, beliau sudah
menunjukkan kecerdasan dan kesungguhannya terhadap suatu masalah. Rasulullah
mengetahui potensi besar yang ada pada anak muda ini, seperti halnya beliau
melihat potensi yang sama pada Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah dan
sahabat-sahabat cilik lainnya.
Rasulullah SAW sering terlihat berdua bersama si kecil Abdullah bin Abbas.
Suatu ketika, misalnya, RasuluLlah SAW mengajak Ibnu Abbas RA berjalan-jalan
seraya menyampaikan tarbiyahnya kepada pemuda cilik ini: "Ya ghulam,
maukah engkau mendengarkan beberapa kalimat yang sangat berguna? Jagalah Allah
SWT (ajaran-ajaranNya), maka engkau akan mendapatkanNya selalu menjagamu.
Jagalah Allah SWT (larangan-laranganNya), maka engkau akan mendapatkanNya selalu
dekat di hadapanmu. Kenalilah Allah dalam sukamu, maka Allah akan mengenalimu
dalam dukamu. Bila engkau meminta, mintalah kepada Allah. Jika engkau
memerlukan pertolongan, mohonkanlah kepada Allah. Semua hal (yang terjadi
denganmu) telah selesai ditulis. Ketahuilah, seandainya semua makhluk
bersepakat untuk membantumu dengan apa yang tidak ditaqdirkan Allah untukmu,
mereka tidak akan mampu membantumu. Atau bila mereka berkonspirasi untuk
menghalangi engkau mendapatkan apa yang ditaqdirkan untukmu, mereka juga tidak
akan dapat melakukannya. Semua aktifitasmu kerjakanlah dengan keyakinan dan
keikhlasan. Ketahuilah, bahwa bersabar dalam musibah itu akan memberikan hasil
positif; dan bahwa kemenangan itu dicapai dengan kesabaran; dan bahwa
kesuksesan itu sering dilalui lewat tribulasi; dan bahwa kemudahan itu tiba
setelah kesulitan". [Hadist Riwayat Ahmad, Hakim, Tirmidzi].
Demikianlah rangkaian prinsip aqidah, ilmu dan 'amal yang manakah hasil
tarbiyah Rasulullah itu? Abdullah bin Abbas tumbuh menjadi seorang muslim yang
penuh inisiatif, haus ilmu, dekat dengan Allah dan Rasul-Nya.
Suatu ketika, Ibnu Abbas ingin mengetahui secara langsung bagaimana cara
Rasulullah shalat. Untuk itu, ia sengaja menginap di rumah bibinya: ummahatul
mu'minin, Maimunah bint al-Harist. Ketika itu ia melihat Rasulullah bangun
tengah malam dan pergi berwudhu. Dengan sigap Ibnu Abbas membawakan air untuk
berwudhu, dengan demikian ia dapat melihat sendiri bagaimana Rasullah berwudhu.
Rasulullah - sang murobbi agung itu - tidak menyepelekan hal ini, beliau
mengelus dengan lembut kepala Ibnu Abbas, seraya mendo'akan: "Ya Allah,
faqih-kanlah ia dalam perkara agama-Mu, dan ajarilah ia tafsir Kitab-Mu."
Kemudian Rasulullah berdiri untuk shalat lail yang dimakmumi oleh isteri
beliau, Maimunah. Ibnu Abbas tak tinggal diam, dia segera berdiri di belakang
Rasulullah SAW; tetapi Rasulullah kemudian menariknya agar ia berdiri sedikit
berjajar dengannya. Ibnu Abbas berdiri sejajar dengan Rasulullah, tetapi
kemudian ia mundur lagi ke shaf belakang. Seusai sholat, Rasulullah memper
tanyakan sikap Ibnu Abbas ini, dan dijawab oleh Ibnu Abbas bahwa rasanya tak
pantas dirinya berdiri sejajar dengan seorang Utusan Allah SWT. Rasulullah
ternyata tidak memarahinya, bahkan beliau mengulangi do'anya ketika berwudhu
tadi.
Ketika Ibnu Abbas berusia 13 tahun, Rasulullah wafat. Beliau sangat merasa
kehilangan. Tapi hal ini tidak menjadikannya bersedih atau lemah. Dengan segera
ia mengajak teman sebayanya untuk bertanya dan belajar pada sahabat-sahabat
senior mengenai apa saja yang berkenaan dengan Rasulullah dan ajaran al-Islam.
Logika Ibnu Abbas, saat itu mengatakan bahwa para sahabat masih berada di
Madinah, inilah kesempatan terbaik untuk menimba ilmu dan informasi dari
mereka, sebelum mereka berpencaran ke kota-kota lain atau sebelum mereka wafat.
Namun sayang, ajakan ini tidak ditanggapi oleh rekan-rekan sebayanya, karena
mereka rata-rata beranggapan bahwa para sahabat senior tidak akan memperhatikan
pertanyaan anak-anak kecil macam mereka.
Ibnu Abbas tak patah arang. Beliau sendiri mendatangi para sahabat yang
diperkirakan mengetahui apa saja yang ingin ia tanyakan. Dengan sabar, beliau
menunggu para sahabat pulang dari kerja keseharian atau da'wahnya. Bahkan kalau
sahabat tadi kebetulan sedang beristirahat, Ibnu Abbas dengan sabar menanti di
depan pintu rumahnya, hingga tertidur, tergolek beralaskan pakaiannya. Tentu
saja para sahabat terkejut menemui Ibnu Abbas tertidur di muka rumahnya,
"Oh keponakan Rasulullah, ada apa gerangan? Kenapa tidak kami saja yang
datang menemuimu, bila engkau ada keperluan?"
"Tidak," kata Ibnu Abbas, "sayalah yang harus datang menemui
anda."
Demikianlah masa kecil Ibnu Abbas. Bagaimana dengan masa dewasanya? Beliau
katakan sebagai seorang muda yang berwawasan dewasa, yang lisannya selalu
bertanya dan qalbunya selalu mencerna. Umar bin Khattab selalu mengundang Ibnu
Abbas dalam majelis syuro'nya dengan beberapa sahabat senior, dan beliau selalu
berkata kepada Ibnu Abbas agar ia tidak perlu sungkan menyampaikan pendapat. Inilah
bentuk tarbiyah lain yang diperoleh oleh Ibnu Abbas, dengan selalu berada dalam
kalangan sahabat senior.
Dalam masa kekhalifahan Utsman bin Affan RA, beliau bergabung dengan pasukan
muslimin yang berekspedisi ke Afrika Utara, di bawah pimpinan Abdullah bin
Abi-Sarh. Beliau terlibat dalam pertempuran dan juga dalam da'wah di sana. Di
masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib RA, Ibnu Abbas mengajukan permohonan untuk
menemui dan berda'wah kepada kaum Khawarij. Melalui dialog dan diskusinya yang
intens, sekitar 12.000 dari 16.000 khawarij bertaubat dan kembali kepada ajaran
Islam yang benar.
Abdullah bin Abbas, yang muda yang ulama, wafat dalam usia 71 tahun pada tahun
68H. Sahabat Abu Hurairah RA, berkata "Hari ini telah wafat Ulama Ummat.
Semoga Allah SWT berkenan memberikan pengganti Abdullah bin Abbas." (Abu
Akhyar)[aldakwah.org]